Jumat, 09 Januari 2009

193 Warga Myanmar dan Bangladesh Terdampar di Sabang

SABANG. Sebuah kapal layar yang mengangkut sebanyak 193 warga negara Myanmar dan Bangladesh ditemukan nelayan terdampar di perairan antara Pulau Seulako dan Pulau Rondo atau sekitar 2 Mil Laut dari Dermaga Lanal Sabang. Keberadaan mereka ditemukan para nelayan, Rabu (7/1/2009) sekira pukul 08.00.

Proses evakuasi kapal beserta penumpang dimulai sekira pukul 10.14, dibantu dua boat pancing milik nelayan setempat. 15 menit berselang, Kapal TNI AL (KAL) Simeulue ikut membantu upaya penarikan kapal tersebut. Namun, karena kuatnya arus dan ombak upaya itu dibatalkan.

Mengingat banyak penumpang, KAL Simeulu yang semula direncanakan untuk mengevakuasi penumpang juga diurungkan, lantaran para penumpang berebutan naik ke KAL. Akhirnya, hanya tiga penumpang yang kritis akibat dehidrasi dan kelelahan saja yang dievakuasi lebih dulu ke Dermaga Lanal.

Tiga pengungsi yang sempat dievakuasi lebih dulu dengan KAL Simeulu teridentifikasi bernama Muhammad Nasir (27), Amir Husin (20), dan Muhammad Rafiq (20). Saat dimintai keterangan, Nasir yang mengenakan kemeja yang sudah lusuh dan berkain sarung putih ini tampak menitikkan air mata. Sekilas ia menyebutkan kapal yang mereka tumpangi sempat dihempas angin dalam pelayaran dari Thailand menuju Malaysia. “Kami tidak tahu, tidak bisa lagi ke Malaysia,” katanya dalam bahasa Inggris terpatah-patah.

Pantauan wartawan Serambi Indonesia, sekira pukul 11.00 wib, Kapal Layar sepanjang 15 Meter itu berhasil ditarik dua boat nelayan. Uniknya, kapal tersebut hanya dilengkapi dua terpal hitam sebagai layar yang diikat pada dua tiang kayu tanpa mesin.

Konstruksi kapal hampir mirip dengan kapal-kapal nelayan di Aceh. Hanya saja bagian depannya agak sedikit rendah. Bermodal dua layar itulah mereka mengembara dari Myanmar hingga terdampar di Pulau Weh.

Setelah berhasil merapat di Dermaga Lanal, sebanyak 193 penumpang tampak berjejal di pinggir dermaga, mereka yang dilanda dehidrasi dan kelaparan itu tampak berebutan naik dermaga. Namun para petugas meminta mereka tertib dan naik satu per satu melalui tangga. Sesampai di atas dermaga, sebagian yang lemah langsung jatuh terkulai. Sebagian lainnya tampak duduk saling berangkulan.

Wajah mereka tampak gelap dan pucat. Aura ketakutan, trauma, stres dan kepedihan tergambar jelas di raut wajah mereka. Beberapa di antaranya sempat histeris dan meneriakkan Allahu Akbar!, Alhamdulillah, sebagai rasa syukur setelah selamat dari pelayaran laut yang tak bertepi.

Tak lama kemudian relawan RAPI, PMI Sabang dan aparat TNI/Polri dan dari Pemko Sabang memberikan bantuan logistik berupa penganan ringan dan air minum kemasan. Ramainya kerumunan warga yang ikut menyaksikan membuat upaya pemberian bantuan sempat terhambat. Hanya selang beberapa menit, sejumlah pengungsi yang kritis terpaksa dilarikan ke RSU Sabang dan RSAL J Lilipory.

Data Sempat Simpang Siur

Data jumlah para pengungsi Myanmar dan Bangladesh awalnya sempat simpang siur. Sekira pukul 10.00 sempat mencuat kabar di antara penumpang terdapat ibu-ibu dan anak perempuan dengan jumlah penumpang bervariasi. Ada sumber yang menyebutkan penumpang mencapai 300, sebagian lainnya menyebutkan 158, dan 200.

Komandan Pangkalan TNI AL Sabang Kolonel Yanuar Handwiono kepada wartawan mengatakan jumlah pengungsi 193 orang. Hingga siang tadi, 37 di antaranya dirawat di RSAL J Lilipory, 45 di RSU Sabang dan 113 beristirahat di lapangan Dermaga Lanal Sabang. Sedangkan tujuh lainnya meninggal di tengah laut.

Yanuar juga menyebutkan keberadaan kapal itu sudah sempat terdeteksi radar TNI AL pada Rabu dini hari. Namun kepastian keberadaan kapal itu baru diperoleh dari warga pada pagi harinya. Untuk menangani pengungsi tersebut, kata Danalal pihaknya terus berkoordinasi dengan PMI, RAPI, Kodim, Polres serta Pemko Sabang.

Sementara itu Wakil Walikota Sabang, Islamuddin ST mengatakan Pemko akan memberikan logistik sekadarnya. Karena persoalan pengungsi antarnegara itu akan ditangani oleh Departemen Luar Negeri melalui Ditjen Imigrasi. “Saya dapat informasi dari Kepala Imigrasi, IOM akan membantu mereka,”kata Islamuddin.

Terancam

Sejumlah sumber menyebutkan motivasi pengungsian warga Myanmar dan Bangladesh tersebut disebabkan kondisi mereka yang terancam di negaranya. Kemudian mereka memilih untuk pergi dari negaranya dengan tujuan ke beberapa negara Asia terdekat, seperti Thailand dan Malaysia. Namun, karena kesulitan komunikasi masih belum bisa dipastikan.

Riza Putra Kurnia dari Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Sabang ketika dikonfirmasi menyatakan pihaknya belum bisa memberikan keterangan mengenai hal itu. Karena belum ada komunikasi intens dengan WN Myanmar dan Bangladesh itu. Pasalnya, hingga pukul 16.00 sekitar 113 pengungsi di Dermaga Lanal sedang menjalani pemeriksaan kesehatan oleh Dinas Kesehatan Karantian Sabang.

“Kami juga sedang mempersiapkan tiga tenda di Dermaga Lanal untuk menampung mereka. Sore ini juga PMI Sabang akan membagikan pakaian kering kepada mereka, biar kondisinya lebih segar,”kata Riza.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar